SEKILAS MADRASAH AL YASINIYAH

RA-MI-MTS-MA-PAKET B-PAKET C

Selayang pandang;

Sejak pertama kami berniat untuk mendirikan madrasah ini adalah untuk mengajarkan pengajian salaf, namun dapat legalitas. tetap mempertahankan pengajian para ulama salaf, dengan kitab-kitab salaf, namun juga dapat ijasah seperti pendidikan formal. kami tidak menawarkan sarana yang hebat atau peralatan yang canggih dan modern, kami hanya ingin mengajarkan kesederhanaan, kemandirian dan ketawadlu’an. Kami ingin mengembalikan profil dan citra pesantren di masa lalu, yang sederhana, nerimo, ikhlas, bersih dari semua kesyubhatan, tetap mempertahankan hukum syari’at yang ketat, melahirkan santri dan generasi muslim yang berani mengatakan haram, syubhat dan halal, dengan jelas. santri yang berani menderita dan berani miskin. Seorang santri yang mandiri, sebuah madrasah dan pesantren yang mandiri, yang tidak mau menerima bantuan pemerintah.

Sejalan dengan komitmen di atas, kami tidak ingin mengejar prestasi yang muluk-muluk, kami tidak akan menjanjikan prestasi yang wah, nilai UN yang hebat, nilai yang sangat tinggi, yang rata-rata diperoleh dengan kecurangan. Kami hanya ingin mendidikan santri yang jujur. Jelas, bagi mereka yang menginginkan anaknya dapat prestasi yang hebat, nilai UN yang tinggi, tidak akan cocok dengan kami. Kami akan lebih menitik beratkan kepada ajaran al ahkam asy syar’iyah, kami lebih mengajarkan kesufian. Kami ingin mengembalikan citra pesantren Mbareng yang ketat dalam hukum syariat. Kami tidak akan takut dikatakan sebagai orang kolot. Bagi kami, yang kolot itu lebih baik, ketimbang orang-orang yang mengatakan dirinya hebat, tapi mau mendapat bantuan dengan uang syubhat.

Jika kita lihat secara teliti, hampir seluruh pesantren mengambil bantuan pemerintah. Kami tidak akan memaksa panjenengan untuk mengikuti pendapat kami bahwa bagaimanapun bantuan pemerintah adalah syubhat. Tapi dengan dana yang syubhat itu, selama ini mereka mendidik para santri, yang akhirnya kita melihat generasi yang kacau balau. Sebuah generasi yang seolah tidak menghiraukan lagi batas hukum. Kalau ada hukum yang tidak cocok dengan jalan pikiran mereka, maka serentak mereka mencari dalil dan pembenaran. Kami tidak akan memaksa panjenengan membenarkan pemikiran kami, atau bahkan mengikutinya. Tapi inilah jalan kami, dan kami ingin pandangan seperti ini eksis lagi di dunia pesantren.

Semoga harapan kami ini, tidaklah terlalu tinggi. Melihat rusaknya kehidupan di negeri ini, kami berharap masih ada orang yang berhati bersih dan mempunyai pandangan hukum yang disiplin. Pandangan yang mengikuti para kyai di masa lalu.

Program Pendidikan;

  • RA. dalam jenjang RA ini kami menambahkan materi tulis baca huruf Arab, bacaan surah-surah Al Qur’an dan do’a harian yang layak bagi anak usia dini. Baca tulis Arab ini nantinya diharapkan dapat menunjang pendidikan mereka ketika mamsuki jenjang MI
  • MI. dalam jenjang MI, sejak kelas 3, mereka sudah kami perkenalkan dengan makna gandul. meski di kelas 3 ini, mereka masih menyalin tulisan di papan tulis. Sambil berjalan, mereka didekte dan diberikan sedikit panduan. Diharapkan setelah kelas 4 ke atas, mereka dapat menulis makna gandul tanpa panduan. Di kelas 4, mereka sudah kami kenalkan dengan Tasrifan Sorof. Di kelas 5, kami tambahkan Nahwu Jurumiyah.
  • MTs. Jenjang Mts kami bagi dalam dua kategori, yaitu kelas Al Qur’an dan kelas Alfiah. Kelas Al Qur’an dimaksudkan untuk mereka yang ingin menghafal Al Qur’an. Selama jenjang Mts ini kami targetkan mereka dapat hafal 15 juz. Sementara kelas Alfiah merupakan kelas reguler, yang ditambah dengan hafalan Alfiah dan kitab salaf yang lain. Selama jenjang Mts, target kami, mereka dapat menghafal 500 bait Alfiah.
  • MA. Dalam jenjang MA ini, kami juga membaginya dalam 2 kategori, yaitu kelas Al Qur’an dan kelas Alfiah, dengan target yang sama dengan jenjang Mts.
  • Dalam jenjang Mts dan MA ini, kami tetap mempertahankan pengajian dengan pola ulama salaf, dengan pola pengajian para Kyai, pengajian dengan model Mbah Yai Muhammad, Mbah Yai Hanafi dan model Mbah Yasin di masa lalu. Kami juga tetap mendorong mereka untuk membaca Dalailul Khoirot, yang sejak dulu memang menjadi ciri khas pesantren Mbah Yasin di Mbareng, Kudus.

PONDOK BARENG 1923 JEKULO KUDUS

Rabi’ul Tsnai, Menjelang Khaul Mbah Yasin